Dalam tradisi pernikahan Jawa, seserahan bukan hanya bentuk pemberian dari mempelai pria kepada mempelai wanita. Lebih dari itu, seserahan adat Jawa menyampaikan makna filosofis, simbol doa, dan harapan dalam membina rumah tangga. Mempelai pria dan keluarganya biasanya menyiapkan seserahan dengan penuh kehati-hatian, karena setiap barang memiliki arti mendalam.
1. Busana Wanita
Mempelai pria biasanya membawa satu set busana lengkap, seperti kebaya, kain jarik, hingga pakaian dalam. Barang-barang ini menunjukkan kesanggupannya untuk memenuhi kebutuhan sandang istri sekaligus menjaga kehormatan dan penampilan pasangannya.
2. Perlengkapan Rias dan Perawatan
Ia juga menyertakan kosmetik dan perlengkapan perawatan tubuh sebagai lambang kepedulian terhadap kecantikan dan kenyamanan calon istri. Tradisi ini mengajarkan pentingnya saling merawat diri dalam rumah tangga.
3. Peralatan Ibadah
Peralatan ibadah seperti mukena dan Al-Qur’an juga hadir dalam seserahan Jawa. Mempelai pria ingin membangun rumah tangga yang tidak hanya harmonis secara lahir, tetapi juga kuat secara spiritual.
4. Pisang Raja
Buah pisang raja menjadi ciri khas seserahan adat Jawa. Mempelai pria memilih buah ini karena simbol keberkahan, kesuburan, dan harapan agar pasangan segera mendapatkan keturunan.
5. Makanan Tradisional
Berbagai makanan seperti wajik, jenang, dan kue lapis melambangkan manisnya kehidupan rumah tangga dan kesetiaan. Ia biasanya menyusun makanan ini dengan rapi sebagai simbol keharmonisan dan kelanggengan pernikahan.
6. Daun Suruh Ayu
Mempelai pria menyertakan daun suruh (sirih) dalam bentuk berpasangan atau disusun rapi. Daun ini melambangkan kebersihan hati dan niat baik dalam menjalin hubungan suci.
7. Uang atau Mahar
Selain mahar utama, mempelai pria biasanya menyertakan uang tunai atau perhiasan tambahan. Ia menyampaikan kesiapannya secara finansial untuk memimpin dan menafkahi keluarga yang akan ia bangun.
Penutup
Seserahan adat Jawa bukan hanya rangkaian benda, melainkan simbol tanggung jawab, doa, dan budaya. Mempelai pria menyiapkan semua dengan penuh makna dan hormat terhadap nilai-nilai leluhur. Tradisi ini memperkuat ikatan antara dua keluarga dan menjadi langkah awal menuju kehidupan rumah tangga yang sakral dan bermakna.